Hikmah Dibalik Ujian Kehidupan, Membuat Ku Makin Dewasa

by -236 views
hikmah dibalik ujian kehidupan

Eradakwah.com – Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun telah berlalu. Kini usiaku sudah seperempat abad katanya.

Dahulu saat masih di bangku SD ingin rasanya segera SMP, saat SMP tiba ingin segera SMA, ketika SMA sudah dijalani menggebu-nggebu ingin kuliah, saat sudah kuliah pun pengen sekali dapat penghasilan sendiri yaitu dengan bekerja. Inilah kehidupan manusia, tak ada ujung nikmat dirasa ketika rasa syukur belum ada.

Di setiap fase nya ternyata tak semulus pipi Oppa-Oppa Korea, tapi kadang penuh batu kerikil dan duri lancip yang amat perih ketika terkena dan dirasa. Namanya juga manusia, tentu dalam hidupnya tak akan terlewatkan dengan yang namanya ujian.

Sekelas nabi saja yang sudah dijamin surga masih begitu sulit ujiannya, apalagi kita yang sama sekali belum ada jaminannya. Memang tak semua ujian mengandung luka, ada ujian yang justru malah mengundang sengsara dan lupa yaitu ujian kenikmatan dunia.

Iya, itu…kenikmatan dunia. Kala itu aku masih di bangku SMA ambisi untuk menjadi yang terbaik di kelas tentu menjadi impiannya.

Mulai dari bangun tengah malam, diawali dari sholat malam, lanjut belajar mengerjakan soal-soal supaya esoknya saat guru memberi tugas mengerjakan di depan saya bisa maju paling awal dan mendapat poin panjang.

Mengikuti berbagai organisasi hingga waktu 6 hari hanya 2 hari saja yang ketika sepulang sekolah langsung pulang, lainnya pasti stay dulu entah rapat, latihan ataupun kesibukan lainnya.

Di rumah pun tentu juga harus membantu orang tua dengan profesinya yakni bertani dan berniaga.

Di masa ini level ujiannya masih sebatas tugas individu dan birrul walidain semata. Ibarat luka masih level ringan belum seberapa.

Menginjak usia dewasa masa mahasiswa menjadi tantangannya. Yang sebelumnya jadi anak kandang sekarang jadi anak rantauan.

Di fase inilah kemandirian mulai terbentuk, ambisi mulai menggelora demi membahagiakan orang tua di desa.

Berbagai organisasi, ada tiga hitungannya saya berperan di sana. Di bidang akademik pun sama, momen tanya jawab dengan dosen saya berusaha aktif bertanya.

Menjalani hari demi hari penuh rasa capek, lelah, dan gelar kura-kura (kuliah-rapat) pun sudah punya.

Namun, saat itu setelah ambisi ku dapatkan menjadi aktivis kampus, banyak relasi di berbagai jurusan dan pengalaman kemana-mana, 3 semester berjalan Allah mengujiku dengan sakit yang mengharuskan saya menjalani pengobatan yang cukup lama.

Sakit, perih, tetesan air mata menjadi hujjah di sujud berbagai masjid kota, jauh dari orang tua membuat hati kecil makin meronta-ronta. Dari sinilah saya berfikir ternyata perihal duniawi tak menjamin ketenangan dan bahagia.

Akhirnya, ku putuskan mengakhiri 2 organisasi dan bertahan 1 organisasi yaitu lembaga dakwah kampus saja. Dulu di antara ketiganya saya sadar selalu menganak tiri kan nya namun kini justru menjadi pilihan saya untuk mempertahankannya.

Hidayah dari-Nya menggiring saya untuk memilihnya. Hingga saya dipertemukan dengan bidadari-bidadari surga yang hingga kini menjadi teman berjuang saya.

Ternyata setelah memutuskan untuk terjun bersama mereka ujian tak henti juga, justru semakin rumit dan kompleks adanya.

Kini saya sudah dewasa, bekerja dan berusaha ikut meriayah umat menjadi kesibukannya.

Saya kira setelah pulang dari rantauan, hidup kembali setiap hari bersama orang tua makin sederhana dan mudah ujiannya. Ternyata justru makin sempurna.

Mulai dari orang tua yang dulu ketika saya masih kuliah sehat-sehat saja, kini tiba-tiba tubuhnya makin kering dan gejala-gejala penyakit dirasa.

Dengan segera saya membawa bapak ke rumah sakit terdekat untuk periksa, karena membutuhkan pemeriksaan penunjang yang lebih yakni MRI akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit di kota sebelah.

Dan ternyata di sana kondisinya belum layak untuk dilakukan pemeriksaan sehingga diminta perbaikan dahulu di rumah sakit sebelumnya.

Setiap minggu lanjut setiap bulan wira wiri mengantar bapak pengobatan hingga karena bosan minum obat dan keluhan masih sama beliau memutuskan untuk berhenti saja.

Setelah itu tiba-tiba ganti ibu yang mempunyai gejala lainnya, setiap hari mengeluh nyeri pinggang hingga sangat berpengaruh dengan aktivitasnya. Setelah saya bawa ke spesialis ternyata di diagnosa penyempitan jalan miksi di ginjalnya.

Dengan segera juga kita memutuskan untuk dioperasi, karena setelah operasi dilakukan pemasangan selang Dj-stent untuk keepatenan ureter nya, 1 bulan pasca operasi harus dilakukan operasi ulang untuk pelepasannya. Sehingga selama 1 bulan menjalani 2x operasi.

Kini alhamdulillah orang tua sudah sehat, walaupun kadang ada gejala masih bisa diobati dari rumah saja.

Namun, tak lepas begitu saja Allah masih saja menguji dengan berbagai macam lainnya baik dari lingkungan kerja, tantangan dakwah, menjemput jodoh, saudara-saudara dan lain sebagainya.

Dari sini saya sadar, inilah kehidupan. Dan ini fitrahnya. Jika nafas masih bertahan tentu ujian dari-Nya masih terus berjalan.

Karena hakikatnya ujian yang penuh luka inilah yang kadang membentuk diri makin dewasa, bijak dan bisa terampuni dosa-dosanya.

Satu inspirasi ketika ujian melanda yakni yakin kalau di antara semua ujian yang menurut kita besar, eh tenang aja Allah Maha Besar kok, so keep calm.

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” (TQS. Al-Ankabut : 2).

Dan masyaAllah sekali urusan seorang muslim itu baik di sisi-Nya meski menurut kita sebaliknya.

“Sesungguhnya setiap urusan mereka adalah kebaikan. Hal ini tidak terjadi kepada seorang pun kecuali bagi orang mukmin.Apabila ia mendapat kebahagiaan, maka ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan apabila ia mendapatkan keburukan, maka ia bersabar, dan itu pun baik baginya” (HR. Muslim no. 2999).

Begitulah perjalanan dengan luka mengejar dunia, sesungguhnya dunia itu hanya sementara.

Tempat kita belajar dan menyiapkan bekal untuk akhirat kelak. Semoga kita semakin dewasa dan menjadi orang yang tidak hanya sukses di dunia tapi akhirat juga.***

[Kak Fitri]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *