Eradakwah.com – Penculikan anak di tanah air semakin masif terjadi diberbagai daerah seperti di Jakarta, Bekasi Utara, Makassar dan masih banyak di daerah yang lain.
Dengan banyaknya berita yang viral mengenai penculikan anak menjadikan orang tua merasa resah. Bagaimana tidak, berita yang beredar bocah diculik dan dibunuh untuk diambil organ tubuhnya. Dengan iming-iming harga yang diberikan mahal menjadikan pelaku nekat melakukan perbuatan pidana.
Belakangan ini viral di media sosial isu penculikan anak di sejumlah daerah di Indonesia. Pada awal Januari lalu, bocah 11 tahun diculik dan dibunuh oleh dua remaja di Makassar.
Motivasi mereka menculik anak-anak karena tergiur besaran uang jual-beli ginjal.
Belakangan, muncul video seorang anak yang dimasukan ke dalam karung oleh lelaki tak dikenal. Namun, polisi menyatakan video tersebut hoaks.
Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) pada 2022, angka kasus penculikan anak mencapai 28 kejadian sepanjang tahun tersebut. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 15 kejadian. (Tempo.co, 14/2/2023)
Disisi lain, belakangan ini isu kasus penculikan anak semakin masif di sejumlah daerah. Bahkan dinyatakan darurat.
Anak yang diculik dipaksa ngemis, menjadi korban hasrat seksual, hingga organ tubuhnya dijual.
Sejumlah pemerintah daerah (pemda) seperti di Semarang, Blora, hingga Mojokerto pun sampai mengeluarkan surat soal isu pencegahan penculikan anak beberapa waktu terakhir.
Namun alih-alih menangani, polisi di sejumlah daerah justru menyatakan kasus penculikan anak itu hoaks. Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra mengatakan, meski polisi menyatakan hal tersebut hoaks, alangkah baiknya masyarakat agar tetap mawas diri. Para orang tua untuk memfilter informasi yang hoaks, di samping tetap memastikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. (Tirto,id, 14/2/2023)
Beberapa pihak menilai bahwa terjadinya penculikan diberbagai daerah ternyata hoaks namun masyarakat harus tetap berhati-hati. Dengan memastikan lingkungan bermain untuk anak aman karena penculikan anak itu nyata adanya bahkan bisa terjadi didekat kita.
Sehingga dari sinilah harus lebih berhati-hati dan diperlukan penyelidikan lebih jauh untuk mengusut permasalahan sampai tuntas.
Pada dasarnya ada banyak faktor yang menjadi penyebab maraknya penculikan anak, mulai dari faktor ekonomi hingga lemahnya pengawasan orang tua, termasuk rendahnya jaminan keamanan di negara ini.
Namun dari berbagai motif penculikan kebanyakan garis besarnya yaitu dari kemiskinan. Tidak menafikkan permasalahan ekonomi yang menjadi penyebab dasar penculikan anak.
Karena kondisi ekonomi yang terhimpit pelaku nekat menghilangkan nyawa orang lain.
Pada hakikatnya keamanan adalah kebutuhan komunal yang wajib diwujudkan oleh negara, terlebih untuk anak yang merupakan golongan yang rentan.
Namun hal ini masih belum menjadi prioritas negara. Abainya negara atas keselamatan rakyatnya adalah salah satu bukti lemahnya negara sebagai junnah atau pelindung rakyat.
Bahkan keamanan menjadi salah satu obyek kapitalisasi, sehingga tidak semua rakyat mendapat jaminan keamanan dan perlindungan. Hal ini semua disebabkan oleh sistem sekuler.
Sistem sekuler merupakan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan termasuk dalam politik dan negara.
Dimana semua orang bebas bertingkah laku untuk kepentingan pribadi yang tidak memperdulikan orang lain. Sehingga kehidupan sekuler telah mencetak berbagai tindakan yang kriminal.
Berbeda dengan dengan Islam yang menjadikan keamanan sebagai kebutuhan komunal yang wajib dijamin oleh negara.
Oleh karena itu, Islam menjadikan keselamatan semua individu menjadi salah satu hal utama yang harus diwujudkan oleh negara.
Pada hakikatnya negara memiliki peran sebagi junnah (perisai) dan raa’in (pengurus rakyat) sehingga tidak sekedar sebagai regulator yang diterapkan pada sistem sekarang. Dimana negara akan memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku yang terlibat dalam penculikan.
Wallahu a’lam bish shawaf. ***
[Ernita S]