Eradakwah.com – Kelangkaan gas LPG 3 kg dalam beberapa pekan dialami berbagai wilayah di Indonesia seperti Banyuwangi, Kediri, Malang, Sumatera dan Kalimantan. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan penyebab terjadi kelangkaan Elpiji 3 kilogram (kg) di beberapa daerah disebabkan adanya hari libur yang memperingati hari raya besar. Seperti beberapa waktu belakangan, ada libur Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah dan libur Tahun Baru Islam 1445 Hijriah.
Menurut Nicke, tiap kali libur hari raya, terjadi peningkatan konsumsi elpiji, sehingga permintaannya pun di atas rata-rata harian. Hal inilah yang pada akhirnya membuat masyarakat nampak susah mencari elpiji 3 kg (Kompas.com, 26/06/2023)
Dampak dari kelangkaan LPG 3 kg ini membuat harganya kian melambung. Dikutip dari Detik.com, di Medan, harga LPG 3 kg dipatok di angka Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per tabung. Padahal, harga normalnya Rp 19.000 hingga Rp 20.000 per tabung (24/07/2023).
Kebijakan Baru
Meski pemerintah berdalih kelangkaan LPG 3 kg disebabkan karena kenaikan permintaan namun nyatanya ada kebijakan baru yang hendak disosialisasikan kepada masyarakat.
Dikutip dari katadata.co.id, Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 ada sekitar 82% rumah tangga yang memasak menggunakan LPG. Jika diakumulasikan, konsumsi LPG Indonesia sudah meningkat 70% selama periode 2012-2022. Kendati konsumsinya tinggi, stok LPG Indonesia sebagian besar dibeli dari luar negeri.
Menurut data Kementerian ESDM, sepanjang 2022 Indonesia mengimpor LPG sekitar 6,7 juta ton. Artinya, 82% LPG yang dikonsumsi masyarakat ditopang oleh pasokan dari negara lain. Inilah yang dirasa membebani pemerintah sehingga di tengah kelangkaan gas LPG 3 kg bersubsidi, pemerintah mensosialisasi penggunaan LPG 3 kg non subsidi (15/06/2023).
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menjelaskan, pihaknya mengeluarkan produk Bright Gas 3 kg sebagai alternatif elpiji nonsubsidi. Ia mengungkapkan bagi masyarakat yang ingin menggunakan elpiji nonsubsidi ini, hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 56.000 per isi ulang tabung (Kompas.com, 20/07/2023).
Islam Solusi
Ketersediaan LPG sejatinya merupakan kewajiban negara. Kondisi tersebut menggambarkan gagalnya negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Rusuhnya gas melon bukan dikarenakan tidak tepat sasaran. Melainkan pengelolaan gas yang diterapkan pada sistem kapitalisme neoliberal.
Menurut data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki cadangan gas alam/gas bumi terbukti sebesar 41,62 triliun kaki kubik persegi (trillion square cubic feet/TSCF) pada 2021(katadata.co.id, 15/06/23)
Namun melimpahnya cadangan gas alam tidak dapat dinikmati oleh rakyat dikarenakan pengelolaannya diserahkan negara kepada swasta. Tentu saja paradigma yang dibangun ialah keuntungan bisnis.
Hari ini penguasa tak ubahnya bertindak hanya sebagai pembuat regulasi yang menjembatani kepentingan pemilik modal. Alhasil kepentingan yang dihasilkan tidak menguntungkan rakyat. Inilah gambaran pengelolaan migas di bawah sistem kapitalisme neoliberal.
Islam berpandangan bahwa “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Gas yang menjadi salah satu sumber api tidak boleh dimiliki oleh perorangan sebab gas merupakan kepemilikan umum. Sehingga penguasa disini berkewajiban menjadi pengelola yang menyediakan kebutuhan LPG kepada rakyat secara gratis. Kalaupun negara menentukan harga maka harga penjualan gas kepada rakyat tidaklah semahal hari ini namun disesuaikan dengan kost pengelolaan yang dananya juga bersumber dari baitulmal.
Pengelolaan gas dalam Islam betul-betul akan memberikan kesejahteraan rakyat.
Wallahu a’lam bishshawab.***
Oleh: Azrina Fauziah S.Pt