Evakuasi Warga Gaza Bukan Solusi, Namun Pengkhianatan!

by -9 views

EraDakwah.com – Rencana Prabowo Subianto (Presiden Indonesia saat ini) mengevakuasi 1.000 warga Gaza bukanlah solusi, melainkan justru sejalan dengan perintah Donald Trump (Presiden AS saat ini).

Trump meminta negara-negara sekitar menerima relokasi paksa warga Gaza dan mengosongkannya dari penduduk aslinya. Artinya, rencana Presiden Prabowo ini justru mengkhianati keteguhan rakyat Palestina dalam mempertahankan tanah dan keislaman mereka karena bertentangan dengan realitas dan sejalan dengan arahan Trump.

Pemimpin negara-negara Muslim lainnya pun hanya mencukupkan diri dengan retorika semu dan bantuan kemanusiaan, bahkan sebagian telah menormalisasi hubungan dengan entitas penjajah Z1onis 1sr4el.

Presiden Prabowo bahkan melangkah lebih jauh dengan memuluskan rencana Trump untuk merelokasi paksa warga Gaza dan mengosongkan tanah suci yang diberkahi (ardh al-muqaddasah) itu.

Kebijakan ini pantas menuai kritik pedas karena tidak menyentuh akar permasalahan. Sebaliknya, ia justru memperkuat dominasi Amerika Serikat sebagai pendukung utama penjajahan. Publik, khususnya umat Islam, bertanya-tanya: kepada siapa sebenarnya keberpihakan Indonesia, atau lebih tepatnya Presiden Prabowo, diberikan? Kepada penduduk Gaza, atau kepada entitas penjajah Z1onis 1sr4el dan sekutunya?

Racun Nasionalisme dan Ideologi Kapitalisme

Pembebasan Palestina terhalang oleh sekat nasionalisme yang diciptakan oleh penjajah melalui Perjanjian Sykes-Picot dan terus eksis hingga kini melalui penerapan ideologi kapitalisme dengan asas sekulernya. Sekat ini menjadikan kaum Muslim tidak mampu menyelamatkan saudara-saudaranya yang tertindas di depan mata.

Nasionalisme membuat umat Islam hanya mementingkan kepentingan negara masing-masing, dengan terus mempertimbangkan untung-rugi dalam pengerahan kekuatan militer. Padahal, hancurnya sebuah negara demi menyelamatkan kaum Muslimin lebih utama daripada tunduk pada penjajah.

 

Terlebih lagi, secara kekuatan militer beberapa negara Muslim jauh lebih unggul dibandingkan entitas penjajah Z1onis 1sr4el.
Turki, Pakistan, Indonesia, Iran, dan Mesir memiliki peringkat kekuatan militer lebih tinggi dibandingkan 1sr4el. Jika mereka menyatukan kekuatan dan fokus pada aspek militer, maka mereka akan mampu menandingi 1sr4el beserta para pendukungnya. Sayangnya, potensi besar ini terhambat oleh sekat nasionalisme yang memisahkan negara-negara Muslim satu sama lain.

Umat Islam harus mendobrak batas semu nasionalisme ini sekaligus menghancurkannya. Nasionalisme yang terus dipelihara oleh Barat dan AS telah memecah belah kaum Muslim menjadi lebih dari 50 negara lemah dan tunduk. Sementara itu, ideologi kapitalisme dengan seluruh turunannya telah menghancurkan tatanan masyarakat Islam.

Akibatnya, solusi yang ditawarkan bagi Palestina hanya bersifat kemanusiaan atau politik praktis, tanpa menyentuh akar persoalan. Solusi dua negara pun tidak logis, sebab 1sr4el telah merebut tanah milik Palestina. Bagaimana mungkin pemilik tanah justru diminta berbagi dengan penjajah?

Terlebih, rencana relokasi warga Gaza jauh lebih buruk dari solusi dua negara karena sama sekali tidak menyelesaikan akar masalah dan justru memperpanjang penderitaan rakyat Palestina sekaligus sesuai dengan arahan penjajah.

Jihad dan Khilafah: Solusi Syar’i Hentikan Penjajahan!

Akar masalah penjajahan di Palestina adalah keberadaan entitas penjajah yang merampas tanah dan menindas penduduknya. Selama entitas penjajah 1sr4el belum terusir dari Palestina, penjajahan akan terus berlangsung.

Solusi yang diberikan oleh Asy-Syari’ (Allah SWT dan Rasul-Nya) adalah mengusir penjajah dari tempat mereka mengusir penduduk Palestina. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an al-Karim:

“Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 191)

Perang yang dikobarkan oleh entitas penjajah Z1onis 1sr4el dan sekutunya terhadap rakyat Palestina, yang merupakan bagian dari umat Islam, harus dibalas dengan memerangi dan mengusir mereka dari tempat mereka mengusir kaum Muslimin. Solusi syar’i atas persoalan ini adalah jihad fi sabilillah, bukan justru merealisasikan kehendak Trump sebagai pendukung utama penjajahan.

Setiap Muslim yang mampu, khususnya militer di negeri-negeri kaum Muslimin, wajib berjihad di jalan Allah untuk menyelamatkan rakyat Palestina dan mengusir entitas penjajah 1sr4el.

Bila rezim-rezim antek penjajah melarang mereka, maka kaum Muslimin wajib menolaknya dan terus menyerukan jihad sebagai kewajiban syar’i. Bukankah syahid di jalan Allah jauh lebih utama daripada tunduk pada kekuasaan zalim?

Namun, mobilisasi militer membutuhkan kesatuan komando di bawah institusi yang disebut Khilafah—yakni kepemimpinan umum umat Islam untuk menegakkan syariat Islam secara menyeluruh.

Pemimpinnya disebut sebagai khalifah, amirul mukminin, atau imam, yang akan memimpin dan menggerakkan pasukan untuk membebaskan kaum Muslimin sebagaimana Khalifah Al-Mu’tashim Billah membebaskan ‘Amuriyyah demi seorang wanita Muslimah.

Setiap Muslim harus mengarahkan perjuangannya untuk menyerukan jihad dan mendirikan Khilafah sebagai satu-satunya institusi yang menerapkan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh), serta menyelamatkan kaum Muslimin yang tertindas di seluruh dunia.***

 

Ghea Rdyanda

[Aktivis Dakwah Islam Jember]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *