Pencabulan Siswi Terus Terjadi, Bagaimana Islam Menyolusi?

by -27 views

Oleh : Mahdiah Immadul Ummah, S.Pd.*

Eradakwah.com – Bejat! Begitu tulis salah satu laman akun Instagram yang mengabarkan kasus Guru SD di Banyuwangi yang menyetubuhi siswinya hingga hamil. Kasus demikian bukan yang pertama, telah banyak kasus serupa sebelumnya menghiasi laman media. Menimbulkan sayatan tak kasat mata dalam dada, sesak terasa membayangkan terhimpit ruang hidup yang mencekam, hingga menimbulkan banyak tanya bagaimana nasib generasi kedepannya.

Insan mana yang tak miris menerka masa depan sang gadis. Pada usia muda, awal ia mulai mengenal warna warni dunia sembari membangun karakter diri, mencoba merangkai mimpi hingga asa masa depan, namun ia dipatahkan oleh kebejatan akhlak dan nihilnya akal sang guru yang telah mendobrak benteng perintah Pencipta dengan menzinainya. Berlanjut pula setelahnya saat calon bayi tumbuh di rahimnya, ia bisa apa, mengurusi hidupnya saja mungkin ia belum kuasa, bagaimana ia harus mengurusi makhluk yang tak berdosa yang kini menjadi amanahnya untuk dijaga, dibesarkan, dirawat hingga ia harus bersiap menjadi madrasah pertama bagi bayinya.

Bagaimana pula perasaan orang tua nya. Anak yang dicintainya, kasih tercurah untuk nya, harapan masa depan tersemat dalam setiap rekah senyumnya. Kini direnggut paksa kehormatannya oleh laki-laki yang dipanggil sebagai guru oleh anaknya, menyisakan berbagai pilu dalam dada setiap menatap wajah anak tercinta.

Mendung kelam pun tentunya menghiasi langit pendidikan. Sematan kata sakral “pahlawan tanpa tanda jasa” yang selalu digadang-gadang menjadi penyelamat generasi bangsa, nyatanya takluk berlulut tak kuasa menahan nafsu nya hingga berani melakukan perbuatan hewani. Lalu kepada siapa generasi menyandarkan harapnya?

Kehidupan yang diharapkan menjadi ruang belajar terbaik untuk menempa diri bagi generasi, seringkali tidak cukup aman saat ini. Pelecahan seksual, tindakan asusila, pemerkosaan seolah menjadi catatan harian yang menghiasi diary kehidupan. Pecahan fragmen kehidupan kelam yang tercemar akibat mengesampingkan pengaturan Pencipta dan mengesampingkan agama. Paparan kampanye kerusakan yang dibalut dengan kata kebebasan serta dilumuri dengan kata kenikmatan selanjutnya dilengkapi dengan bumbu kebahagiaan, mampu menyihir tingkah polah manusia memperturutkan nafsunya. Peran akal dimandulkan mengikuti gelombang trend kehidupan. Semua dipertaruhkan agar dielukan, yang berikutnya menjadi viral dan diviralkan.

Korban pun berjatuhan. Lalu kepada siapa generasi harus mengantungkan cita terwujudnya kehidupan yang ramah bagi mereka? Agar tak hanya ketentraman hidup dunia tapi juga di akhirat akan didapat.

Jawabnya adalah semua dari kita. Sebab kita adalah manusia, makhluk pembaharu. Selayaknya akan merasa tidak nyaman hidup dalam derasnya arus kesalahan dan kerusakan, merasa risih menyaksikan kebiadaban. Dan luhurnya akal menuntun terwujud keberadaban dan kebijaksanaan. Hingga pasti bahu membahu mengadakan perubahan sebagai jalan keluar. Dan sebaik-baik perubahan mengacu kepada risalah kebenaran yaitu Islam.

Islam telah menuntun orang tua untuk menyiapkan ruang hidup terbaik bagi generasi di keluarga. Ibu sebagai madrasah pertama, ayah sebagai peletak pondasi aqidahnya. Peran dan fungsi keluarga menjadi hal utama pembentuk kepribadian, mensholihkan jiwa dan mencerdaskan akal. Mengenalkan makna Ketuhanan, melatih ketaatan dan menyenangi kebaikan.

Lingkungan sekolah menjadi lapis berikutnya. Membuka cakrawala berpikir, mengajarkan hidup bersama dalam keragaman, membangun kemampuan bersikap dan berpikir benar, hingga menjadikan ahli dalam kebidangan serta kebiasaan amar ma’ruf nahi munkar sebagai pondasi awal kepemimpinan.

Sterilisasi ruang kehidupan juga perlu dilakukan, memastikan arus besar kehidupan bersumber dari asas keimanan. Setiap gelombang yang viral dan diviralkan adalah berlomba-lomba dalam kebaikan, sehingga kampanye dalam tayangan-tayangan bukan lagi hal yang melenakan, tetapi menguatkan iman dan menambah semangat menggapai cita masa depan menjadi generasi terbaik.

Dan semuanya mungkin untuk kita wujudkan bersama. Asalkan Allah selalu kita bersamakan dalam setiap urusan. Karena ini semua bukan hanya tentang mereka, tetapi juga tentang kita. Kita yang menginginkan kehidupan yang aman, tentram dan membawa kerahmatan diatas pondasi islam.

Allahu a’lam bii showab

*Penulis adalah Founder Komunitas Istri Ibu Shalihah, Pemerhati Generasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *