Eradakwah.com – Multaqo Ulama Aswaja Kab. Banyuwangi, Jawa Timur yang diselenggarakan pada bulan Juni 2024 lalu, untuk menyikapi Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dan beberapa judul buku sastra dalam Sastra Masuk Kurikulum yang mengandung cabul dan kekerasan.
Acara Multaqo Ulama ini mengambil tema “Tapera serta Kurikulum Cabul dan Kekerasan, Bukti Nyata Kedzaliman dan Penghancuran Moral ala Demokrasi”. Acara dibuka oleh Ust. Hariyanto. Kemudian pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh Ust. Galang. Dilanjutkan kalimatut takdim Shohibul hajah oleh Ust. Abu Rijal dengan mengingatkan teruslah memikirkan kepentingan umat nabi Muhammad, sehingga kita diakui menjadi umatnya.
Kyai Saifuddin mengawali pemaparan materi yang luar biasa tersebut dengan mendorong masyarakat melihat fakta out-put hasil dari kurikulum pendidikan nasional negri ini. Seks bebas, narkoba, bullying dan kekerasan yang dilakukan pelajaran adalah sederetan faktanya. Apabila dibandingkan dengan sistem pendidikan islam yang bisa melahirkan ilmuwan ilmuwan luar biasa ibn rus, seperti ibnu sina dengan ilmu kedokterannya. Itulah out-put sistem pendidikan Islam.
Bahkan ketika dilihat lagi, tidak menutup kemungkinan saat ini terjadi pemeliharaan kebodohan, bukan lagi mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka beliau menyampaikan solusi,
“harus ada perubahan mendasar bagi kurikulum pendidikan negeri ini, yang berlandaskan pada aqidah.”
Kyai Luqman Qolbuddin pembicara selanjutnya mengkritisi kebijakan pemerintah tentang TAPERA. Menurut beliau TAPERA adalah cara pemerintah dzalim memajaki rakyat. Beliau menjelaskan mencari rizki dengan cara menakut nakuti atau mengintimidasi adalah haram menurut islam. Kemudian memanipulatif data serta korupsi adalah haram. Maka beliau mengingatkan pada pemangku negeri ini untuk mengingat peringatan sabda Rasulullah:
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).
Pembicara ketiga yaitu Kyai Ahmad Dibyan mengajak audien merenungi ayat kalian adalah sebaik baik umat. Tetapi faktanya umat islam sekarang adalah lemah dan terpecah belah. Maka beliau mengutip kalam Syeikh Taqiyyudin an nabhani sebab lemahnya umat saat ini adalah karena hukum islam dicampakkan, dan penguasa kaum muslim menjadi antek kaum kafir. Kurikulum yang berbau cabul saat ini adalah hasil dari sistem rusak diluar islam yaitu demokrasi-sekuler. Berlandaskan pada kebebasan berprilaku tersebutlah kurikulum cabul itu lahir.
Umat islam saat ini adalah hina sehina hinanya karena meninggalkan hukum Allah. Demokrasi adalah sebab utama kerusakan. Dan beliau menekankan bahwa:
“demokrasi bukan untuk diperbaiki dan bukan untuk dimasuki, tetapi dibuang ke tempat sampah dan menggantinya dengan islam.”
Kyai Muhammad Ridwan menyambung pembicara sebelumnya dengan menekankan bahwa sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan penguasa saat ini juga biang kerusakan dan kesengsaraan rakyat. Sumber daya alam yang seharusnya dikelola negara yang hasilnya untuk kepentingan rakyat malah dimiliki oleh segelintir kapital. Hubungan penguasa dengan rakyat dalam sistem saat ini adalah bisnis bahkan mendzalimi dengan menarik segala bentuk pajak, termasuk kebijakan tapera yang baru baru ini.
KH.Asyrofi selaku pembicara terakhir menyampaikan bahwa manusia itu lemah. Lemah fisiknya lemah fikirannya. Maka akan terjadi kerusakan bila manusia membuat hukum sendiri yang berasal dari otaknya yang lemah. Seperti permasalahan permasalah diatas, tapera dan kurikulum amburadul yang mengarah pada kerusakan moral dan pemeliharaan kebodohan. Beliau memberikan solusi pada umat agar kembali pada aturan Allah Yang Berbeda dengan makhluknya dengan sistemnya yaitu khilafah.
Beliau juga menekankan bahwa sistem ini tidak akan berubah dengan sistem Islam apabila umat hanya diam dan tidak kunjung berjuang menegakkannya. Menyampaikan kepada yang belum mendengar dan mengajak mereka untuk berjuang juga.
Setelah para pembicara menyampaikan seruannya, Ustadz Taufiq membacakan pernyataan sikap, diantara isinya adalah seruan pemerintah agar menjalankan peran sebagai ra’in atau pananggung jawab meringankan beban rakyat melalui kebijakan yang bersifat pelayanan yang menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok seluruh rakyat, dan haram hukumnya bagi pemerintah membuat kebijakan yang memberatkan rakyat.
Di akhir ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH. Asyrofi memohon dan meminta agar problematika umat segera diberikan solusi dengan Islam Rahmatan Lil Alamin dan disegerakan penegakkan hukum-hukum ALLAH di penjuru Negeri-Negeri Muslim.