FAKKTA: Melakukan Perubahan Tata Kelola Ekonomi Harus Sungguh-Sungguh

by -13 views

Eradakwah.com – Ekonom dari Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Hatta, S.E., M.Si, mengatakan untuk melakukan perubahan tata kelola ekonomi haruslah sungguh-sungguh.

“Kira-kira apa yang bisa ditawarkan dengan ekonomi kapitalistik? Tidak ada, maju kena mundur kena. Jadi memang harus sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan tata kelola ekonomi,” ujarnya dalam Kabar Petang: Eropa Jatuh, China Melambat, Rupiah Aman?, Kamis (16/06/2023) di kanal YouTube Khilafah News.

Ia mengatakan jika tidak sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan tata kelola ekonomi maka Indonesia masih akan menjadi negara sapi perah para kapitalis. “Jadi ibaratnya tempat penggemukan sapi di Indonesia, keuntungan banyaknya di negara-negara luar negeri,” ujarnya.

Ia memaparkan, misalnya ekspor Indonesia ke China mencapai 55 persen pada tahun 2022 dalam bentuk bahan baku.

Bahan baku untuk digunakan dan diolah kembali oleh pemerintah negara China menjadi produk jadi yang nilai tambahnya tinggi. Bagi pemerintah China keuntungannya berlipat ganda, sedangkan Indonesia tidak.

“Kekuatan ekspor Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa, menjadi hal yang sia-sia. Ketika kemudian transaksi keuangan kita masih dengan sangat mudah dikelabui oleh investor yang kapitalistik,” imbuhnya.

Dia mengatakan, tahun 2022 tidak kurang dari sekitar 600 juta ton ekspor batubara Indonesia, dari produksi tersebut sekitar 400 juta ton.

Neraca berjalan surplus mencapai 13,1 miliar USD yang seharusnya rupiah naik tapi kenyataannya justru anjlok terdepresiasi. “Terakhir bulan Mei kemarin tanggal 31 mencapai 15.000,” ujarnya.

“Tidak bisa keluar dari zona buruk, artinya mati-matian bicara tentang industri, ekspor impor tapi kalau tata kelola keuangannya masih membebaskan eksportir kapitalistik dan importir yang kapitalistik, tidak bisa berbuat banyak.

Kondisi ini akan terus terjadi kalau tata kelola ekonomi masih mengikuti kapitalisme,” paparnya.

Kondisi Ekonomi Eropa

Muhammad Hatta menyebutkan data statistik terbaru yang diterbitkan oleh statistik resmi dari Eropa menunjukkan bahwa Kuartal satu tahun 2023 Euro zona mengalami pertumbuhan negatif dua kuaral secara berturut-turut. Kuartal pertama 2022 minus 0,1 dan kuartal pertama 2023 juga minus 0,1.

“Sampai bulan Januari inflasi masih 8,7 persen untuk zona Euro atau Euro Area. Padahal Uni Eropa atau Euro Area punya target inflasi hanya dua persen,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, 8,7 persen masih sangat jauh terpautnya dibandingkan dengan inflasi target. Konsekuensinya adalah kenaikan suku bunga bank sentral. Tentu biaya modal dari sektor usaha akan lebih tinggi dan selanjutnya akan berefek kepada permintaan tenaga kerja yang lebih rendah bahkan PHK.

“Permintaan produk yang lebih rendah akan berlanjut kepada negara-negara yang selama ini menjadi tujuan importir bagi negara-negara Eropa,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan sebenarnya yang bermasalah adalah sektor penawaran bukan masalah permintaan. Kalau penawaran dikekang dengan tingkat suku bunga justru ekonomi akan semakin jatuh.

“Tetapi seperti itulah gaya-gaya pengelolaan ekonomi dalam ekonomi yang Kapitalistik. Jika permintaan dengan mudah masuk, sementara sektor penawaran dari dunia industri relatif lebih lambat responnya tentu akan terjadi lonjakan inflasi,” pungkasnya. [] Fatikh Catur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *