Eradakwah.com –Kesekian kalinya pembakaran Al-Quran kembali terjadi lagi. Hal ini menunjukkan penghinaan terhadap Islam terus menerus berulang. Bahkan kejadian kali ini justru dilakukan pada saat perayaan hari besar Islam.
Aksi pembakaran Al-Qur’an kembali terjadi di Swedia, kali ini berlangsung di tengah perayaan Idul Adha. Namun, tidak semua warga Swedia setuju terhadap aksi tersebut. Beberapa warga yang berada di lokasi unjuk rasa menilai tindakan pria asal Irak yang pindah ke Swedia, Salwan Momika, sebagai bentuk provokasi. Aksi yang dilakukan atas nama kebebasan berpendapat dan berekspresi ini kemudian menuai kecaman di seluruh dunia, termasuk Indonesia – negara dengan populasi Muslim terbesar dunia. (Bbc.com, 11/7/2023)
Dari tindakan pembakaran Al-Quran tersebut negara-negara muslim ikut merespon keras untuk mengecamnya. Hal ini karena tindakannya melukai perasaan umat Islam dan menodai toleransi umat beragama. Atas kejadian ini memperoleh kecaman di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pemerintah Indonesia Kamis malam (29/6) mengecam keras aksi provokatif membakar Al-Qur’an oleh seorang warga negara Swedia di depan Masjid Raya Sodermalm, Stockholm, saat Hari Raya Idul Adha. Lebih jauh Kementerian Luar Negeri Indonesia lewat Twitter mengatakan “tindakan itu sangat mencederai perasaan umat Muslim dan tidak dapat dibenarkan. (Voaindonesia.com, 11/7/2023)
Berbagai negeri-negeri muslim mengecam terhadap pembakaran Al-Quran melalui aksi protes, menunda kunjungan diplomatik ke Swedia dan lain-lainnya. Atas tindakan ini negara-negara muslim semua tidak menunjukkan protes secara nyata. Bahkan dari negara Turki yang dipandang sebagai panutan umat Islam tidak melakukannya.
Beberapa tahun lalu memang sering terjadi penghinaan terhadap ajaran Islam, kitab suci Al-Quran, Rasulullah, Ulama dan lain-lainnya. Namun dari peristiwa ini terjadi seakan-akan tidak ada yang mampu menghentikan tindakannya. Bahkan kali ini pembakaran Al Qur’an kembali terjadi lagi tanpa ada sikap tegas kaum muslimin dan pemimpinnya.
Pembakaran Al-Quran ataupun tindakan penghinaan terhadap Islam merupakan bagian dari islamofobia yang dilakukan oleh musuh-musuh benci Islam yang sudah mendarah daging. Peristiwa pembakaran Al-Quran ini bagian dari hilangnya penjaga kehormatan dan kemuliaan Islam. Bahkan sampai-sampai tidak ada satu pemimpin pun yang menunjukkan pembelaan yang hakiki dan hanya dengan mencukupkan diri untuk mengecam tanpa tindakan nyata.
Islamofobia yang sudah mengakar di negara-negara Barat mencerminkan kebencian yang luar biasa terhadap Islam. Oleh sebab itu orang-orang kafir sesuka hati menghina Islam tanpa adanya sanksi yang membuatnya jera. Hal ini akibat dari penerapan sekularisme yang berhasil melemahkan umat Islam dari aspek pemikiran sampai penerapan syariat.
Sekularisme merupakan suatu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan termasuk dalam bernegara. Dimana sistem ini mengambil sebagian hukum agama dan mencampakkan sebagian hukum yang lain. Sehingga inilah potret kehidupan sekarang yang tidak dapat mengharapkan untuk mencegah islamofobia yang terjadi dimana-mana.
Berbeda dengan sistem Islam yang muru’ahnya dan umatnya benar-benar terjaga. Dimana tidak akan ada musuh yang berani bertindak secara gegabah untuk menistakan Islam. Bahkan pemimpin bersikap tegas dan memberikan pelajaran bagi siapa saja yang menghina Islam termasuk negara yang memberikan pembelaan terhadap yang menghina.
Selain itu, Islam menjadikan negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam menjaga agama dan Al-Qur’an. Dimana negara tidak hanya bersikap tegas terhadap pihak-pihak yang menghina melainkan mengajarkan kepada rakyat untuk menunjukkan pembelaan terhadap ajaran Islam apabila dinistakan. Oleh karena itu menjaga dan membela kemuliaan agama sangatlah penting dalam pandangan Islam.
Wallahu a’lam bish shawaf***
Ernita S