Eradakwah.com – Bulan Ramadhan telah berlalu, tibalah saatnya kaum muslimin memasuki bulan Syawal yaitu bulan kemenangan.
Kemenangan bagi orang-orang yang berjaya menjalani rangkaian ibadah selama Ramadhan, karena sejatinya Ramadhan adalah bulan penggemblengan bagi individu muslim untuk bertakwa, sebagaimana firman ALLAH S.W.T.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S Al-Baqarah : 183).
Untuk meraih predikat takwa ini, tidak heran saat Ramadhan berlangsung maka masjid-masjid ramai, kaum muslimin berlomba-lomba membaca Al-quran dan mengkhatamkannya, majelis-majelis ilmu juga mudah ditemui.
Kaum muslimin pun beramai-ramai menambah amalan sholat, menjaga lisan, memperbanyak sedekah, serta menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Islam. Namun ironis ketika Ramadhan berlalu, pemandangan seperti ini jarang ditemui.
Masjid kembali sepi, majelis ilmu tak seramai waktu Ramadhan, Al-quran pun tak lagi ramai dibaca, tempat-tempat hiburan malam kembali dibuka, seolah-olah suasana religi hanya ada sewaktu Ramadhan saja.
Inilah dampak sekulerisme yang menyerang negeri ini, negeri dengan populasi muslim terbesar sedunia.
Sekulerisme merupakan sebuah paham dari Barat yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya ada ditempat-tempat ibadah dan hari-hari besar keagamaan saja.
Kondisi keimanan yang tinggi dan suasana religi yang kental saat Ramadhan saja, namun setelah Ramadhan melemah adalah perwujudan dari paham sekulerisme.
Hal ini jelas berbahaya bagi seorang muslim, karena setiap muslim seharusnya bertakwa dan terikat dengan hukum syara’ adalah dimanapun dan kapanpun berada, bukan hanya Ramadhan saja.
Terkait takwa yang benar-benar melekat pada diri seorang muslim adalah takwa yang membawa perubahan ke arah positif dalam kehidupan sehari-hari.
Takwa yang hakiki adalah dengan cara menerapkan Syariat Islam secara total dalam setiap sendi kehidupan seorang muslim, baik dalam ibadah, makanan/minuman, pakaian, ekonomi, pergaulan, hingga pemerintahan.
Takwa hakiki secara menyeluruh akan bisa optimal jika ada peran negara yang mewujudkannya. Sebagai contoh jika ada kemaksiatan pergaulan seperti perzinahaan maka yang bisa memberi sanksi seperti rajam ataupun dera adalah institusi negara dibawah kepemimpinan seorang Kholifah.
Namun sayangnya untuk saat ini tidak ada institusi kepemimpinan Islam dibawah seorang Kholifah yang bisa menerapkan Syariah Islam.
Maka sudah menjadi tugas kita untuk mengupayakan tegaknya kepemimpinan Islam tersebut sebagai wujud ketakwaan kita selepas Ramadhan yang bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunah.
Beberapa cara agar ketakwaan kita senantiasa terjaga selepas Ramadhan adalah :
- Rajin mendatangi majelis – majelis Ilmu
- Senantiasa berkumpul bersama dengan orang-orang yang sholih
- Membaca Al-quran beserta memahami maknanya
- Berusaha untuk selalu memperbanyak tsaqofah Islam
- Berusaha untuk selalu taat Syariat dimanapun dan kapanpun berada
- Berjuang menegakkan Islam bersama-sama dengan kaum muslimin yang lain
Untuk itu marilah kita bertakwa kepada Allah dan istiqomah di jalan Allah, sekalipun penuh onak dan duri karena ketakwaan yang hakiki akan mengantarkan kita kepada surgaNya. Aamiin Yaa Robb. ***
[Triana Nur Fausi | Founder Komunitas Muslimah Peduli Umat Kota Malang]