Ironi Pendidikan, Antara Indonesia Emas atau Indonesia Cemas?

by -63 views

Eradakwah.com – Jember , Ahad malam, 25 Mei 2025, Angkringan Dakwah hadir kembali dalam edisi ke-8 dengan mengangkat tema yang menggugah nalar berpikir kritis kolektif: “Ironi Pendidikan, Antara Indonesia Emas atau Indonesia Cemas..?”

Diskusi ini diselenggarakan pada pukul 19.30 WIB dengan dipandu oleh Ust. Arif sebagai host yang mengarahkan jalannya angkringan secara santai namun serius.

Pemaparan pertama diberikan oleh Bapak Qorinul Choir Al-Farisy, S.Pd., M.Pd., yang akrab disapa Bapak Faris. Pak Faris sebagai praktisi pendidikan yang telah terjun ke dunia pendidikan menyoroti potret ketimpangan pendidikan yang masih sangat nyata di Indonesia, khususnya antara wilayah perkotaan dan daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Bahkan di Jember masih nampak ketimpangan antara di kota dan desa. Ia menegaskan bahwa akses, kualitas, dan pemerataan pendidikan masih menjadi masalah utama yang merintangi tercapainya cita-cita Indonesia Emas 2045.

Pak Faris juga mengkritisi kondisi kurikulum yang sering berganti tanpa kesiapan menyeluruh, beban administrasi guru yang berlebihan, serta kesejahteraan guru yang belum merata—semua ini menjadi beban struktural yang melemahkan pendidikan dari dalam.

Menurutnya, ini bukan lagi sekedar kasuistik semata dalam dunia pendidikan, akan tetapi permasalahan sistemik. Indonesia akan lebih dekat menuju “Indonesia Cemas” daripada “Indonesia emas” jika permasalahan ini tidak segera diselesaikan.

Berikutnya dilanjutkan oleh Bapak Ahmad Anwar Nuris, S.Si, peneliti dan praktisi pendidikan yang memberikan perspektif berbeda namun saling menguatkan.

Dalam pemaparannya, Pak Nuris menyoroti paradigma negara terhadap pendidikan, yang menurutnya masih diposisikan sebagai kebutuhan, bukan kewajiban negara.

Hal ini tercermin dari kurangnya intervensi struktural yang benar-benar berpihak pada rakyat dan lemahnya keberpihakan kebijakan terhadap pendidikan sebagai hak dasar setiap warga negara.

Beliau menegaskan bahwa selama negara belum mengubah cara pandangnya terhadap pendidikan, maka upaya menciptakan generasi emas hanyalah mimpi belaka.

Pak Nuris juga membandingkan secara Vis a Vis dengan sistem Islam yang terkait pula dengan sistem lain termasuk diantaranya adalah sistem politik. Beliau menjelaskan perlunya untuk mengubah paradigma pendidikan sekaligus kebijakan sesuai dengan tujuan hidup manusia dalam sistem Islam.

Diskusi berlangsung interaktif dan penuh semangat, antusiasme peserta dalam mengikuti angkringan nampak dalam perhatian dan pertanyaan yang diajukan.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tapi juga ruang refleksi atas arah masa depan bangsa.

Acara ini ditutup dengan ajakan untuk terus bergerak dan mengawal pendidikan Indonesia sebagai langkah strategis membangun peradaban yang berasaskan akidah Islam dan sistem Islam.***

 

Ghea R

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *